Kamis, 27 Januari 2011

Konsep Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.




1.2.  Rumusan Masalah
  1. Konsep keluarga menurut konsep keperawatan maternitas
  2. Peran dan fungsi keluarga
  3. Tugas keluarga,tahap perkembangan
  4. Faktor yg mempengaruhi keluarga
  5. Tahap chiLd bearing
  6. Dinamika keluarga






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Keluarga Menurut Keperawatan Maternitas
            Keluarga didefenisikan dalam bantak cara. Defenisi keluarga meliputi penjelasan tentang struktur,fungsi,unsure, dan ikatan kasih dalam keluarga. Orang yang menempati sebuah unit rumah tangga membentuk suatu rumah tangga. Meskipun sebagian besar rumah tangga terdiri dari jenis keluarga, banyak keluarga serikat (1992) mengidentifikasi dua kategori utama rumah tangga sebagian keluarga dan bukan keluarga. Sebuah keluarga atau sebuah rumah tangga berbentuk keluarga membutuhkan kehadiran sekurang-kurangnya dua orang, seorang kepala keluarga dan satu atau lebih anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan dengan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran, adopsi, atau pernikahan. Sebuah rumah tangga yang bukan keluarga terdiri dari seorang kepala keluarga yang hidup sendiri atau dengan orang yang tidak mempunyai hubungan dengan dirinya.
Keluarga didefinisikan secara luas dengan menekankan pentingnya ketelibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Menurutnya keluarga adalah “ dua individu atau lebih yang bergabung bersama karena adanya ikatan untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga “( friedman 1992 ). Defenisi ini mencakup berbagai bentuk keluarga, seperti keluarga besar yang tinggal di dalam dua rumah tanggan atau lebih, pasangan hidup bersama, keluarga tanpa anak, keluarga gay dan lesbian, dan keluarga dengan orangtua tunggal.
Dari presfektif anak , keluarga adalah seperangkat hubungan antara anak yang bergantung dan satu atau lebih orang dewasa yang memberikan perlindungan
Keluarga sebagai suatu kelompok dan keluarga sebagai individu secara smultan terlibat dalam tugas – tugas perkembangan ( dufall ,1997 ; erikson 1968 )
           
Ada beberapa jenis keluarga
1. Keluarga Inti
            Keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak-anak yang bergantung kepada mereka. Keluarga ini hidup berpisah dari keluarga asal suami dan keluarga asal istri, dan biasanya mandiri dalam hal keuangan.
Sejak lama Keluarga inti mewakili keluarga Amerika ”tradisional.” Dalam kelompok keluarga ini, orangtua dengan jenis kelamin berbeda diharapkan memainkan peranan untuk saling melengkapi sebagai suami-istri dan ayah-ibu dalam memberikan dukungan emosi dan dukungan fisik kepada satu sama lain dan kepada anak-anak mereka. Namun, trend terbaru dalam masyarakat kontemporer telah menciptakan banyak variasi dalam struktur keluarga yang sering dianggap ”ideal” dua orangtua dan dua anak dalam keluarga inti, di mana ayah adalah pencari nafkah tunggal dan ibu adalah ibu rumah tangga, adalah mitos masa lalu.
Libman (1988) mengatakan bahwas aat ini pasangan dalam perkawinan pertama yang utuh dengan dua anak dan ibu berbeda di rumah mewakili hanya 8% dari seluruh keuarga di Amerika.

2. Keluarga Besar
            Keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan individu lain yang mempunyai hubungan darah. Individu ini lain yang mempunyai hubungan darah. Individu ini dikenal sebagai ”sanak saudara” dan mencakup kakek-nenek, bibi, paman, dan sepupu (friedman, 1992). Keluarga adalah fokus sentral semua anggota yang tinggal bersama sebagai suatu kelompok. Melalui jaringan model peran dan dukungan bagi semua anggota.
Selalu terdapat viriasi pada keluarga inti tradisional dan keluarga besar tradisional. Dewasa ini kebanyakan bentuk keluarga altenatif dianggap menyimpang dari  norma. Kini, menjadi orangtua tunggal, baik tidak disengaja atau direncanakan, menjadi pilihan yang dapat diterima di Amerika Serikat. Menjadi orangtua dapat merupakan pilihan sukarela yang tidak menyebabkan penolakan keluarga dan masyarakat atau menyebabkan kehilangan pekerjaan. Selain itu, menjadi orangtua biologi dan orangtua adopsi bagi wanita dan pria yang memilih untuk tidak menikah diterima secaan sosial;  menjadi orangtua lesbian dan gay juga merupakan alternatif lain (Evan, dkk, 1989). Timbulnya orangtua sebagai pilihan yang direncanakan mencermikan keyakinan bahwa individu mempunyai ”hak” untuk memilih menjadi orangtua.

3. Keluarga orangtua Tunggal
            Keluarga orangtua tunggal menjadi struktur yang semakin dikenal dalam mayarakat kita. Keluarga orangtua tunggal muncul karena kehilangan pasangan akibaat meninggal, bercerai, berpisah, atau ditinggalkan; karena kelahiran seseorang anak di luar nikah atau karena mengadopsi anak. Biro sensus Amerika Serikat 1992 menunjukan bahwa pada tahun 1990 terdapat 10,7 juta kelompok keluarga orangtua tunggal (rumah tangga wanita tanpa suami). Dari seluruh anak berusia 17 tahun atau kurang, sekitar 26% tinggal dalam keluarga dengan orangtua tunggal dengan kerabat lain, atau dengan seseorang yang bukan kerabat. Kurang dari 4% hidup bersama ayam dalam rumah tangga orangtua-tunggal (Evolving American Family, 1993)
            Keluarga orangtua tunggal cenderung rapuh secara ekonomi dan sosial. Apabila tidak ditopang oleh masyarakat yang peduli, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang merugikan dan tidak stabil bagi potensi pertumbuhan anak ( Norton, Glick, 1986)
            Untuk orang dewasa yang lain, keluarga orangtua tunggal merupakan gaya hidup yang dipilih untuk menciptakan sistem yang terbuka dan bebas bagi perkembangan orangtua dan anak. Dalam keluarga ini, pengambilan keputusan dan komunikasi terlihat sebagai komitmen bersama antara orangtua dan anak, dan hubungan orangtua-anak dianggap sebagai sumber utama pemenuhan hidup.

4. Keluarga Campuran
            Keluarga campuran juga dikenal sebagai ”keluarga rekonstitusi” atau ”keluarga kombinasi,” terdiri dari orangtua tiri dan anak tiri. Berpisah, bercerai, dan menikah kembali merupakan hal yang umum diAmerika Serikat; di AS sekitar 50% pernikahan berakhir dengan perceraian. Bercerai dan menikah kembali dapat terjadi setiap saat dalam siklus kehidupan keluarga, sehingga memberi pengaruh yang berbeda pada fungsi keluarga. Setiap saat dibutuhkan upaya untuk menstabilkan kembali kelompok keluarga yang baru. Upaya emosional ini harus dilakukan sebelum perkembangan keluarga dan perkembangan individu dapat berproses.
5. Keluarga Homoseksual
            Keluarga homoseksual semakin dikenal dalam mesyarakat Barat. Anak-anak dalam keluarga ini dapat merupakan keturunan dari hubungan heterogen seksual sebelumnya, dikandung oleh salah satu anggota pasangan lesbian melalui inseminasi artifisial, atau diadopsi. Pasangan homosekual mempunyai kebutuhan bilogis dan psikologis yang sama dengan pasangan heteroseksual. Mereka juga mencari perawatan berkwalitas untuk diri mereka dan anak-anak mereka.

6. Keluarga Unit
            Meskipun sulit mendefinisikan keluarga secara tepat, namun anggota keluarga tepat, namun anggota keluarga dapat menguraikan komposisi keluarganya dengan murah. Anggota keluarga mengetahui siapa yang merupakan sanak saudara dan siapa yang bukan, bagaimana hidup mereka, dan apa gaya keluarga yang mereka yakini.
            Apapun defenisi keluarga, suatu unit keluarga tidak lengkap tanpa orang dewasa. Keluarga dapat terdiri dari orang-orang dengan berbagai tingkatan usia atau jenis kelamin yang diikat oleh hubungan darah atau kasih. Dari perspektif anak, keluarga atau mayarakat tempat keluarga berada, keluarga memiliki karakteristik abadi yang memiliki efek sosial dan personal yang dalam. Menurut Blehar (1979):

2.2. Peran dan Fungsi Keluarga
Berangkat dari sebuah hipotesis bahwa untuk merubah sesuatu yang besar, berawal dari yang kecil. Demikian pula untuk merubah suatu negara perlu dimulai dari keluarga. Mau tidak mau semua orang tumbuh dan dibesarkan dari keluarga masing-masing, mungkin itu sanak famili ataupun orang lain yang dianggap keluarga. Jika keluarga kita bermasalah, maka otomatis akan membawa dampak bagi kehidupan seseorang, terlepas apakah dampak yang ditimbulkan tersebut negatif ataupun positif, dan biasanya berdampak negatif. Seorang presiden, seorang ulama, seorang wakil rakyat atau anggota DPR, seorang pencuri, seorang koruptor, ataukah seorang pelacur, kesemua itu terjadi berawal dari pendidikan keluarga yang diharapkan bisa menjadi bekal disaat menjadi 'orang' nanti. Dari fakta-fakta yang sudah ada, maka betapa besar peran keluarga dalam pembentukan diri dan pengembangan perilaku positif oleh setiap orang dikala ia sudah mulai bersosialisasi dengan masyarakat atau lingkungannya kelak.
Peran Seorang Ibu Banyak anak-anak yang sukses melewati tahap-tahap perkembangannya hingga secara otomatis membanggakan bagi setiap orang tua. Meskipun banyak halang rintang yang musti dilewati dan pasti melibatkan anggota keluarga untuk menggapai kesuksesan tersebut. Pada intinya dari kesemua itu yang sangat berpengaruh adalah peran seorang ibu terhadapnya. Sukses atau tidaknya seseorang yang menentukan adalah dirinya sendiri, tergantung kemampuan dan integritasnya setelah sekian lama menjalani hidup. Namun tidak ada suatu kesadaran yang akan meningkatkan integritas diri seseorang tanpa partisipasi seorang ibu dimasa ia memerlukan didikan.
"Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya." Mulai sejak lahir bahkan masih dalam kandunganpun, seorang ibu sudah memberikan didikan bagi Sang buah hatinya, namun kebanyakan mereka tidak menyadari. Dalam hal ini penekanananya adalah peran seorang ibu, tentunya tidak mengesampingkan peran seorang ayah dalam sebuah keluarga. Karena begitu pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga, maka seorang ibu harus memiliki ilmu ekstra atau tambahan jam belajar demi kesejahteraan keluarganya. Tidak ada istilah terlambat untuk belajar bagi setiap manusia, meskipun usianya sudah lanjut atau tubuhnya sudah bau tanah. Karena masalah yang akan kita hadapi semakin banyak dan kompleks, jika kemampuan kita kalah cepat dengan laju masalah yang muncul, maka bisa dipastikan kita akan menemui kesulitan dalam hidup. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa ilmu adalah harta yang paling berharga. Mungkin banyak ibu-ibu yang memiliki status pendidikan yang rendah, bahkan belum pernah sama sekali mengenyam bangku sekolah..
Kembali ke konsep awal, bahwa sorang ibu berperan dalam mendidik anak-anaknya. Melihat arus perkembangan jaman yang semakin 'edan' apabila seorang ibu tidak membekali anak-anaknya untuk menghadapi pengaruh tersebut, maka anaknya akan terseret arus dan lama kelamaan akan terpisah dengannya. Tentu semua ibu tidak mau hal yang demikian terjadi pada keluarganya. Karena bagaimanapun, seorang ibu akan tetap menyayangi anaknya. Sebagaimana dalam peribahasa, 'Kasih sayang ibu sepanjang jalan, kasih sayang anak sepanjang galah.' Betulkah peribahasa tersebut? Yang bisa menjawab adalah waktu. Berdasarkan observasi penulis, ada beberapa ibu yang mengeluh tentang sulitnya mengatur anak dijaman sekarang. Keluhan itu mungkin hanya sebatas keluhan, jika tanpa ada suatu tindakan untuk ditindaklanjuti. Tidak jarang kita jumpai seorang ibu yang termakan hatinya oleh anaknya sendiri. Memang kita tidak bisa menyalahkan perkembangan jaman atau mengerem perubahan lingkungan, namun kita mampu meningkatkan keterampilan untuk mencari pegangan agar bisa bertahan. Alangkah baiknya jika kita memperbanyak input ilmu untuk meningkatkan kemampuan dengan menambah frekuensi belajar kita. Ilmu tidak hanya didapat dari buku, melainkan bisa didapat dari berbagai sumber, misalkan radio, majalah termasuk pengalaman dan semua apa yang bisa kita lihat, dengar, rasa, cium dan kita raba bisa kita jadikan pelajaran atau sumber ilmu. Namun ada kalanya seorang ibu mempunyai tabiat egois dan arogan, sehingga tidak menghiraukan masukan, saran dari pihak lain. Merasa bahwa dirinya sudah berpengalaman dalam berumah tangga, sehingga tidak mau belajar dalam menghadapai masalah-masalah yang muncul. Ditambah dengan kesensitifitasannya yang menjadikannya mudah marah terhadap sesuatu yang sekiranya tidak ia suka. Memang itulah manusia, dimana antara satu dengan yang lain tidak bisa disamaratakan, masing-masing mempunyai karakter berbeda.
Ø      Fungsi Keluarga
Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang mkerupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga slaing mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan didkembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam kelduarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberdasan dan hak setiap angota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidudpan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkat laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social (Fiedmann 1986) Sosiali8sasi dimulai sejak manusia lhir. Keluarga merupakan tempat individu untu7k belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3.      Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluargta seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5.Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.


2.3. Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dnegan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgere (Friedman, 1998, h. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan diuraikan perkembangan keluarga berdaarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998)
Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (Suami) dan perempuan (Istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud dengan meninggalkan keluarga disini bukanlah secara fisik. Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada table 1.
Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan
- Membina hubungan intim yang memuaskan
-Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
- Mendiskusikan rencana memiliki anak
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.
Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan
yang penting (table 2). Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan
II. Keluarga “Child bearing (Kelahiran Anak Pertama)
-          Persiapan menjadi orang tua
-          Adaptasiu dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan
-          Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dnegan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini dapat dilihat pada table 3.
Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan III. Keluarga dengan anak prasekolah
-          Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa hormat.
-          Membantu anak untuk bersosialisasi
-          Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
-          Mempertahankan hubungan yang sehat baik di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
-          Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)
-          Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
-          Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami, istri dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan hubungan kerjasama antar suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.

Tahap Perkembangan
IV. Keluarga dengan Anak Sekolah
-          Membantu sosialisasi anak, tetangga, sekolah dan lingkungan
-          Mempertahankan keintiman pasangan
-          Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,m termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun luar sekolah.

Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan yang dapat dilihat pada table 5. Tahap Perkembangan

V. Keluarga dengan anak remaja
-          Memberikan kebabasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
-          Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
-          Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan kecurigaan dan permusuhan
-          Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.
Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan yang lebih rinci dapat dilihat pada table 6.

Tahap Perkembangan

VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
-          Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
-          Mempertahankan keintiman pasangan
-          Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
-          Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
-          Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua anak meninggalkan rumah. Pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa “kosong” karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan berikut :

VII. Keluarga Usia Pertengahan
-          Mempertahankan kesehatan
-          Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
-          Meningkatkan keakraban pasangan
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas : pola hidup yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek-nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing pasangan.

Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pension, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pension merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan social, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.
VIII. Keluarga Usia Lanjut
-          Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
-          Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
-          Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
-          Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat
-          Melakukan “Live review”
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut hasil riset Day and Day (1993). Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan “life review” dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini berguna agar orang tua merasakan bahwa hideupnya berkualitas dan berarti.
2.5. Faktor yang mempengaruhi Keluarga
            Karakteristik sosioekonomi keluarga merupakan hal yang penting. Kelas social mempengaruhi pengharapan, kewajiban, dan imbalan, semua hal ini mempengaruhi memanfaatan pelayanan kesehatan. Selain itu keluarga bertindak sebagai unit ekonomi primer dimana pemasukan digabung, keputusan tentang pengeluaran uang dibuat bersama, dan pelayanan diberikan secara internal.
Friedman (1992) mempertimbangkan kelas social sebuah keluarga sebagau factor utama pembentuk gaya hidup keluarga.
  1. Faktor Budaya
Konteks budaya dalam keluarga
Banyak subkultur dapat ditemukan dalam setiap kultur. Subkultur mengacu ke sebuah kelompok yang berada dalam system budaya yang lebih besar, yang mempertahankan karakteristiknya. Suatu subkultur merupakan sebuah kelompok etnik atau suatu kelompok yang di organisasi secara berbeda.
Akulturasi mengaju pada perubahan yang terjadi pada satu atau kedua kelompok ketika individu dari budaya yang berbeda-beda kontak satu sama lain. Individu dapat mempertahankan sebagian kebudayaan sekaligus mengadopsi beberapa praktik budaya masyarakat yang dominant. Sosialisasi di antara kelompok budaya ini menghasilkan kesamaan perilaku yang sangat jelas. Individu bertukar dan menerisme, gaya, praktik kelompok lain. Pakaian, pola bahasa,pilihan makanan, dan praktik kesehatan berbeda-beda di antara kelompok – kelompok bidaya dalam suatu masyarakat. Suatu akulturasi adalah adopsi praktik makanan etnis di Amerika Serikat.
Asimilasi di sisi lain terjadi ketka suatu kelompok budaya kehilangan identitasnya menjadi bagian dari budaya dominant. Menurut Friedman (1992) “ asimilasi merupakan proses suatu budaya diserap ke dalam budaya lain : proses ini bersifat satu arah dan lebih lengkap”. Asimilasi adalah proses dimana kelompok-kelompok melebur ke dalam arus utama sehingga muncullah gagasan “ pot yang melebur” suatu fenomema yang dikatakan telah terjadi di Amerika Serikat. Sebaliknya Spector (1991) menyatakan bahwa di Amerika Serikat “ pot yang melebur” dengan impiannya tentang suatu kebudayaan bersama “ terbukti hanya isapan jempol belaka dan telah lenyap . kini saatnya mengidentifikasi sekaligus menerima dan menghargai perbedaan di antara menusia.
Etnosentrisme adalah pendapat yang mengatakan cara kebudayaan seseorang melakukan sesuatu merupakan cara yang benar dan alami ( Galanti 1991 ).Etnosentris mendukung ide baik kelompok etnik ataupun social.
Relatifisme merupakan kebalikan dari etnosentris yang terdiri dari pembelajaran satandar kebudayaan individu lain kedalam kegiatan kebudayaan individu tersebut.perawat harus menyadari bahwa prilaku individu didasarkan pada suatu system logis dan penerapan yang berbeda dari keyakinan mereka .relativisme kebudayaan menegaskan keunikan dan nilai setiap budaya.
  1. Keyakinan Dan Praktik Melahirkan
Perawat yang menagani keluarga dalam usia subur akan merawat keluarga dalam kelompok budaya dan etnik yang berbeda.Untuk itu dalam memberikan asuhan perawatan pada keluarga ,perawat harus menyadari praktik budaya yang penting dalam keluarga tersebut
Perawat perlu lebih mengenal setiap wanita sebagai individu dan lebih memvalidasi keyakinan budaya yang bermakna bagi wanita tersebut .dengan pengetahuan ini ,perawat dapat mendukung dan memelihara keyakinan dan meningkatkan adaptasi fisik dan emosionalnya terhadap kehamilannya .Namun jika keyakinan tertentu di identifikasi dapat membahayakan ,maka perawat harus berhati – hati dalam menggali keyakinan tersebut pada pasien dan gunakan keyakinan tersebut dalam proses redukasi dan modefikasi.
  1. Keluarga Dan Krisis
Krisis adalah merupakan suatu gangguan kebiasaan : suatu kerusakan dalam cara individu dan keluarga mempertahankan kendali terhadap suatu situasi
Saat berhadapan dengan krisis mula- mula keluarga atau individu akan menggunakan nilai dan prilaku yang biasa digunakan untuk menghadapi krisis .bila nilai dan prilaku tersebut tidak dapat mengatasi krisi dengan adekuat maka pola prilaku yangbaru harus dikembangkan melalui intervensi krisis.intervensi krisis akan berupaya menolong pasien belajar cara baru dalam menghadapi masalah atau konflik.
Krisi yang dapat ditemukankan adalah krisi maturasi dan situasional yang menyertai pengalaman usia subur ,pengalaman ini merupakan titik balik yang signifikan dalam kehidupan keluarga . masa usia subur sering disering dianggap sebagai masa krisis
1) krisi maturasi terjadi pada akibat pertumbuhan dan perkembangan yang normal . Secara khas krisis ini berkembang seiring perjalanan waktu dan melibatkan perubahan peran dan status krisis ini meliputi peristiwa kelahiran , masa bayi,kanak – kanak ,remaja,dewasa,dan tua. Setiap fase siklus kehidupan keluarga akan menghasilkan krisi atau kejadian yang khas yang dapat menimbulkan sters dan akan mempengaruhi kesehatan keluarga.
2) krisis situasional meliputi peristiwa kelahiran praterm ,penyakit mental atau fisik ,kehilangan dukungan dan financial ataupun social ,perubahan citra tubuh ,pengalaman yang tidak menyenangkan .krisis ini mencakup ancaman terhadap harga diri individu atau kehilangan objek ataupun posisi yang berharga .ansietas dan depresi merupakan respon yang khas ,bila krisis ini menimbulkan ketegangan berat ,kesehatan dapat menjadi rusak respon terhadap krisis dipengaruhi oleh 3 komponen yang dipandang sebagai penyeimbang yaitu:
a. persepsi pasien terhadap peristiwa krisis
b. mekanisme kopoing pasien
c. system pendukung pasien
keterkaitan dari 3 bidang ini sangat mendukung hasil akhir dari suatu masalah
Persepsi terhadap suatu peristiwa
Apa yang dipertimbangkan oleh individu sebagai krisis bisa dipersepsikan sebagai krisis oleh individu lain namun bisa juga tidak. Factor seperti usia ,pengalaman , status emosional , ansietas ,dapat mengubah persepsi.

Mekanisme koping yaitu pola prilaku yang dikembangkan individu atau keluarga dalam menghadapi ancaman terhadap kesejahteraan hidup
a. mekanisme koping konstruktif---mengarah pada penyelesaian masalah
b. mekanisme koping destruktif---mengganggu hubungan interpersonal dan membatasi kemampuan kerja.
System pendukung Hal ini mengacu pada jaringan yang membantu individu selama masa krisis ,caplan mengatakan bahwa keberhasilan dalam penyelesaian suatu krisis sering kali bergantung pada system pendukung yang ada.sistem pendukung pasien dapat keluarga ,teman , sahabat.sistem pendukung akan berperan sebagai penaggung jawab komunitas –dengan pengetahuan dan pengalamannya –membantu pasien menghadapi krisis.

2.6. Tahap Child bearing (Kelahiran anak pertama)
-          Persiapan menjadi orang tua
-          Adaptasiu dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan
-          Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dnegan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
2.7. Dinamika Keluarga
            Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima peran social yang sesuai. Sebuah peran social tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dirancang supaya bekerja dengan sebuah mitra-peran.
Negosiasi membawa pasangan peran ini ke kesejajaran yang baru. Setiap keluarga menetapkan batasan antara keluarga tersebut dan masyarakat. Meskipun terdapat batasan untuk setiap keluarga, anggota keluarga menetapkan saluran sebagai sarana mereka berinteraksi dengan masyarakat. Saluran-saluran ini juga memastikan keluarga menerima sumber-sumber masyarakat yang menjadi bagiannya.
Secara ideal, keluarga menggunakan sumber-sumbernya untuk memberi lingkungan yang aman dan intim bagi perkembangan biopsikososial para anggota keluarga. Keluarga mengasuh neonatus dan mensosialisasikan anak yang sedang bertumbuh secara bertahap. Keluarga menjadi sumber hubungan pertama dengan orang lain. Hubungan paling dini dan paling dekat yang dibentuk anak ialah hubungan dengan orang tua atau orang yang menjadi wali mereka dan hubungan ini berlanjut seumur hidup. Hubungan orang tua-anak mempengaruhi harga diri dan kemampuan individu dalam membentuk hubungan dimasa yang akan datang. Keluarga Mempengaruhi persepsi anak tentang dunia luar. Keluarga melengkapi anak yang sedang tumbuh dengan suati identitas yang mencakup pengertian tentang masa lalu dan masa depan.
Melalui interaksi sehari-hari, keluarga mengembangkan dan menggunakan pola komunikasi verbal dan non verbal. Pola-pola ini memberi pengertian yang dalam pada pertukaran emosi dalam sebuah keluarga dan bertindak sebagai indicator fungsi interpersonal yang dapat dipercaya. Anggota keluarga tidak hanya bereaksi terhadap komunikasi atau tindakan anggota keluarga yang lain tetapi juga menginterpretasikan dan mendefinisikan komunikasi dan tindakan tersebut.
Seiring perjalanan waktu, keluarga mengembangkan protocol penyelesaiaan masalah, khususnya yang menyangkut keputusan-keputusan lain seperti memeliki bayi, membeli rumah atau menyekolahkan anak-anak keperguruan tinggi. Kriteria yang digunakan dalam membuat keputusan didasarkan pada nilai dan sikap keluarga terhadap kesesuaian perilaku dan peristiwa moral, social, politis dan ekonomi dalam masyarakat. Anggota keluarga diberi kekuasaan untuk membuat keputusan kritis melalui tradisi dan negosiasi. Kekuasaan ini tidak selalu dinyatakan. Kekuasaan mencerminkan konsep keluarga tentang dominasi pria atau wanita dan praktek kebudayaan, kebiasaan masyarakat dan norma komunitas. Akibatnya anggota keluarga memperoleh status atau hierarki tertentu. Mereka melakukan status ini dengan menerima berbagai peran. Kebanyakan keluarga mempunyai seorang anggota yang bertanggungjawab atau mendukung atau tidak dapat diharapkan untuk melakukan sesuatu.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada pun Defenisi keluarga secara umum merupakan komunitas terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. terdapat beberapa konsep keluarga. beberapa ahli mengatakan keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan ahli lain mengungkapkan bahwa keluarga adalah dua individu atau lebih yang hidup dalam satu rumah tangga berbeda dengan defenisi keluarga menurut keperawatan maternitas Keluarga didefenisikan dalam bantak cara. : Defenisi keluarga meliputi penjelasan tentang struktur,fungsi,unsur dan ikatan kasih dalam keluarga. Orang yang menempati sebuah unit rumah tangga membentuk suatu rumah tangga. Meskipun sebagian besar rumah tangga terdiri dari jenis keluarga living arrangement, banyak keluarga serikat (1992) mengidentifikasi dua kategori utama rumah tnagga sebagian keluarga dan bukan keluarga. Sebuah keluarga atau sebuah rumah tangga berbentuk keluarga membutuhkan kehadiran sekurang-kurangnya dua orang, seorang kepala keluarga dan satu atau lebih anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan dengan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran, adopsi, atau pernikahan. Sebuah rumah tangga yang bukan keluarga terdiri dari seorang kepala keluarga yang hidup sendiri atau dengan orang yang tidak mempunyai hubungan dengan dirinya.



my Love with My Dad n Mom

Bersyukur bsa Hidup dikeluarga Kecil q, Keluarga yg slalu hidup dlam Tuhan Yesus Kristus...
Punya Papa yang dlu Pemabuk n Punya wanita yg memiliki hati yg Tulus.... slalu Bersyukur.
Papa yg dlu Tinggi Tegap, Skrg berubah tiap q liad dia inci demi Inci Smua hancur krn Tuak n Rokok...
Skrg hnya Bisa BerDoa buat Kesembuhan Papa...
Hnya Kekuatan Yesus slalu buat Keluarga qm Sabar dlam sAkit Penyakit Papa...

Mama mjadi Tulang Punggung Keluarga,
Doa q disepanjang hayat q adalah...
Berikan yg terbaik buat kedua orang tua q...

Bapa...
Berikan Kekuatan pada Anak-Anak Mu...

AMEN...